Ekonomi

Tanaman Hias Surono Tumbuh Bersama KUR BRI


Jakarta, CNN Indonesia

Surono (45) tidak mengira saat ini bisa bergelut di bidang pertanian. Ia tak belajar soal cocok tanam di bangku sekolah.

Surono lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Kutoarjo, Jawa Tengah. Ia sempat bekerja di sebuah pabrik di Cikarang, Jawa Barat.

Belum genap dua tahun ia memutuskan keluar dari pabrik tersebut. Surono memilih membantu kakaknya menjual tanaman hias pada 2001.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kakaknya sudah membuka toko tanaman hias di Taman Anggrek Ragunan, Jakata Selatan sejak tahun 1980.



Suroso memulai dari nol. Ia mempelajari cara menanam hingga merawat tanaman. Setelah merasa cukup punya bekal selama ikut sang kakak, ia membuka sendiri toko tanaman hias. Lokasinya juga berada di Taman Anggrek Ragunan, Blok 8.

Semua bermula pada awal tahun 2015. Surono lalu menyewa lahan di Sawangan, Depok, untuk mengembangkan tanaman hias yang ia jual.

Surono fokus membudi daya tanaman hias aglonema dan anthurium. Dari awalnya hanya puluhan pot, kini ia memiliki ribuan pot tanaman dengan berbagai macam jenis aglonema dan anthurium.

“Awal mulanya dananya juga nyicil, nyicil dari sedikit-sedikit, lama-lama kan. Merinis dari sedikit itu lah, lama-lama tak bikin, lama-lama jadi gitu, kok isi penuh sekarang,” kata Surono kepada CNNIndonesia.com di Taman Anggrek Ragunan, Rabu (16/4).

Surono mengaku mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Ia mengambil pinjaman Rp35 juta dengan tenor 2 tahun.

Uang tersebut ia pakai untuk membuat kebun tanaman hias di daerah Sawangan dan berbagai keperluan lainnya. Selain menjual tanaman hias, Surono juga mengerjakan pembuatan taman di rumah atau kantor.

Usaha tanaman hias Surono naik signifikan pada saat pandemi Covid-19. Penjualan tanaman hias meningkat pesat. Ia bisa mendapat Rp50 juta per bulan dari menjual beragam tanaman hias.

Pada jenis tertentu harga aglonema dan anthurium bisa lebih dari Rp2 juta. Menurut Surono, saat ini harga tanaman sedang turun. Meski demikian, masih tetap ada pembeli tanaman hiasnya.

“Namanya tanaman kan emang naik turun ya. Namanya usaha kan ya kadang enggak rame, enggak sepi. Kalau sekarang emang baratnya agak menurun. Kalau sekarang masih bisa Rp10 juta per bulan,” ujarnya.

Surono, pedagang tanaman hias di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (17/4).
Surono, pedagang tanaman hias di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (17/4). (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

Surono kembali mengajukan pinjaman KUR ke BRI sebesar Rp30 juta pada 2021. Ini ia pakai untuk keperluan pengembangan usaha tanamannya. 

Surono mengaku sudah menjual tanaman hiasnya ke sejumlah daerah di Indonesia. Ia pernah mengirim tanaman ke Manado, Sulawesi Utara.

Menurutnya, KUR BRI sangat membantu usahanya berkembang. Dana pinjaman KUR ini ia pakai untuk modal membeli bibit tanaman dan keperluan kebun di Sawangan.

Surono menyewa lahan di Sawangan sekitar Rp400 ribu per bulan. Sementara biaya sewa lapak di Taman Anggrek Ragunan sekitar Rp1 juta. Lalu kontrakan rumah di lapak itu sebesar Rp7 juta per tahun.

Surono kini sudah menikah dan memiliki dua anak. Anak yang pertama sudah kelas 5 SD, sedangkan anak keduanya baru berusia 3 tahun.

Kakaknya yang lain kini membantu mengurus kebun tanaman hias yang di Sawangan. Surono terus mengembangkan berbagai jenis aglonema dan anthurium.

“Dengan adanya KUR BRI menurut saya sangat terbantu. Saya sangat terima kasih,” katanya.

Surono mengatakan pada awal tahun ini kembali mengajukan KUR ke BRI sebesar Rp35 juta. Ia berencana terus mengembangkan tanaman hias. Ia yakin prospek bisnis ini masih menjanjikan.

Surono menyebut cicilan KUR BRI tak memberatkan dirinya. Ia membayar cicilan sebesar Rp1,5 juta per bulan. Bunga KUR BRI juga tak naik setiap tahunnya.

“Kalau untuk bunganya sendiri ya, enggak memberatkan sih menurut saya. (10:00) Termasuk rendah lah kalau untuk kur. (10:03) Dan lancar? (10:04) Iya karena alhamdulillah selama 2 kali yang kesana lancar alhamdulillah kan.

(10:10) Menurut saya yang ini juga lancar. (10:11) Ini tanggung jawab sih. (10:13) Berapa sih Pak sebulan cicilannya? (10:16) Yang sebelum-sebelumnya itu Pak? (10:19) 1.500.000 sekian.
(10:21) Itu gak naik ya Pak? Maksudnya flat ya? (10:23) Flat. (10:24) Maksudnya gak setahun naik? (10:27) Iya, karena waktu itu saya belum lunas. (10:32) Kadang ditawarin sih waktu itu kan mau ambil lagi gak mah.
(10:35) Tapi kadang saya belum, kalau belum butuh saya gak mau. (10:37) Iya karena takutnya beban ya? (10:39) Cuma kalau memang yang namanya orang butuh ya mau. (10:41) Gitu kalau saya.
(10:43) Jadi kalau Bapak nunggu lunas dulu baru ambil. (10:46) Kalau lagi butuh, kalau gak butuh banget enggak. (10:51) Saya akan membantu sih kur BRI.

Surono, pedagang tanaman hias di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (17/4).
Surono, pedagang tanaman hias di Taman Anggrek Ragunan, tengah menunjukkan salah satu jenis aglonema di kebunnya. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

KUR BRI cicilan rendah

Kepala Departemen Usaha Mikro BRI RO Jakarta 2, Erwin Sapari mengatakan BRI menawarkan bunga yang relatif lebih rendah dibanding pinjaman dari yang lain. Untuk KUR Mikro pinjaman Rp10 sampai Rp100 juta, bunganya sekitar 6 persen. Kemudian KUR Kecil yang di atas Rp100 juta sekitar 9 persen.

“Sehubungan dengan suku bunga, lebih rendah dari suku bunga komersial lainnya,” katanya.

Erwin menyebut BRI juga memberikan pembinaan kepada UMKM yang mendapat pinjaman KUR. Pihaknya akan mengadakan pelatihan-pelatihan ke para UMKM.

Erwin menyebut BRI juga memfasilitasi para UMKM untuk ikut dalam pameran.

“Jadi untuk memperluas jaringan pasar mereka juga,dan juga untuk memperkenalkan produk-produk mereka juga,” kata Erwin di kantornya, Menara BRIPens, Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Kemudian kami juga pernah memberikan pelatihan-pelatihan seperti untuk pengenalan e-commerce,” ujar Erwin menambahkan.

Erwin menyebut bahwa BRI juga berkomitmen memberikan akses yang mudah bagi UMKM mendapatkan modal usaha.

“Sehingga membuat biaya modalnya menjadi lebih terjangkau bagi UMKM. Jadi memang segmennya kalau di Jakarta, umumnya memang dari perdagangan,” ujarnya.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp27,72 triliun pada Januari dan Februari 2025.

Manfaat KUR tersebut diterima oleh 649,6 ribu debitur pengusaha UMKM. BRI juga memastikan KUR tersalurkan ke sektor-sektor strategi, di mana lebih dari separuh atau sekitar 55,88 persen dialokasikan ke sektor produksi.

Di sektor ekonomi, penyaluran terbesar dilakukan terhadap sektor pertanian, dengan total Rp11,57 triliun, selaras dengan program ketahanan pangan Indonesia.

Dalam kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan bahwa BRI terus menunjukkan komitmennya dalam mengimplementasikan Asta Cita guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran KUR kepada UMKM.

Dengan semakin luas akses pembiayaan melalui KUR, semakin banyak pelaku usaha yang dapat bertumbuh, berkembang, dan berkontribusi lebih besar dalam mendukung ketahanan ekonomi nasional.

“Bagaimana pendanaan KUR BRI dapat membantu pengusaha UMKM untuk dapat terus mengembangkan dan memperluas usaha,” katanya.

(fra/fra)


[Gambas:Video CNN]




Source link

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button