Ekonomi

ASEAN Pilih Negosiasi, Bukan Retaliasi Hadapi Tarif Trump



Jakarta, CNN Indonesia

Kemenko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan negara-negara di Asia Tenggara kompak menempuh jalur negosiasi menghadapi kebijakan tarif timbal balik oleh Presiden AS Donald Trump.

Ia mengatakan negara-negara di ASEAN takkan mengambil tindakan balasan (retaliasi) terhadap AS, seperti China, Uni Eropa, dan Kanada.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“ASEAN akan mengutamakan negosiasi. Jadi ASEAN tidak mengambil langkah retaliasi,” kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian RI, Jakarta, Senin (7/4).

Airlangga juga mengatakan pemimpin atau perwakilan perdagangan negara-negara ASEAN akan bertemu pada 10 April untuk membahas lebih lanjut mengenai tarif Trump.



“Pemimpin atau Menteri Perdagangan akan bertemu 10, pak Mendag mungkin akan hadir di sana,” ungkapnya.

Airlangga juga mengatakan diplomat RI telah menjalin komunikasi dengan U.S Trade Representative (USTR). Ia menyampaikan kini, USTR tengah menunggu proposal konkret dari Indonesia.

[Gambas:Video CNN]

Selain itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa RI turut mendorong pembentukan kesepakatan lewat mekanisme Trade and Investment Framework Agreement (TIFA).

“Karena kami TIFA sendiri secara bilateral ditandatangan di tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi, sehingga kami akan mendorong berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA,” ucapnya.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru untuk semua impor ke AS pada Rabu (2/4) waktu setempat atau Kamis (3/4) pagi waktu Indonesia, termasuk daftar tarif timbal balik kepada 180 lebih negara dan wilayah.

Indonesia pun masuk daftar tersebut dan AS menetapkan tarif timbal balik sebesar 32 persen terhadap Indonesia dalam kebijakan baru tersebut.

Menurut grafis yang dirilis Reuters, Kamis (3/4), Indonesia menjadi salah satu negara dengan neraca perdagangan yang negatif (defisit) di mata AS.

Artinya, nilai impor AS dari Indonesia lebih besar dibanding nilai ekspor AS ke Indonesia. Menurut data Gedung Putih yang ditampilkan grafis itu, neraca perdagangan itu minus US$18 miliar.

Hal itu menjadi salah satu landasan utama AS memasang tarif timbal balik yang cukup tinggi kepada Indonesia.

(mnf/chri)






Source link

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button