Bahlil Minta Perang Dagang Tak Didramatisir Seakan Dunia Mau Berakhir

Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta jangan mendramatisasi perang dagang yang disulut oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lewat kebijakan tarif impor, apalagi menciptakan suasana seakan hal itu akan membuat dunia berakhir.
Bahlil menuturkan dalam dunia usaha proses negosiasi melalui perang tarif adalah hal yang lumrah, tetapi memang tak bisa didiamkan dan harus dicari jalan keluarnya.
“Dalam pandangan saya, sebenarnya ini kalau di dunia usaha, ini jangan terlalu kita merasa sesuatu yang luar biasa. Ini biasa-biasa aja. Kalau di ilmu, di Hipmi ini biasa. Harus bikin masalah dulu baru kompromi. Jadi jangan juga kita membuat seolah-olah dunia sudah mau berakhir. Ini bagian strategi dagang aja,” ujar Bahlil di JCC Senayan, Selasa (15/4).
Bahlil mengatakan kondisi ini justru menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat perekonomian dalam negeri dan mencari jalan keluar. Tentunya, negosiasi dengan AS akan ditempuh seperti tindakan negara lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Hampir semua negara sekarang berpikir tentang bagaimana kedaulatan negaranya masing-masing. Karena kita saling membutuhkan. Kita harus membangun komunikasi politik, komunikasi ekonomi yang win-win, yang saling menguntungkan. Tidak saling mengintervensi antara negara satu dengan negara yang lain,” jelasnya.
Pemerintah pun berencana untuk menambah kuota impor minyak mentah (crude) dan LPG dari AS sebesar US$10 miliar atau setara Rp168 triliun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS) sebagai respons atas pengenaan tarif resiprokal negeri Paman Sam sebesar 32 persen tersebut.
Rencana ini untuk menyeimbangkan neraca dagang antara Indonesia dan AS. Sebab, selama ini perdagangan Tanah Air selalu surplus ke Negeri Paman Sam tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang per Februari 2025 mencatat perdagangan Indonesia dengan Amerika surplus hingga US$3,13 miliar. Sedangkan, sepanjang 2024 tercatat perdagangan RI ke AS surplus US$16,84 miliar.
Bahlil melihat penambahan impor minyak mentah dan LPG sudah sangat cukup untuk menyeimbangkan neraca dagang antara Indonesia dan AS.
“Kalau ini saja kita geser, maka defisit neraca perdagangan kita dengan Amerika itu tidak akan terjadi lagi. Neraca kita balance, ini yang kita akan lakukan,” pungkasnya.
(ldy/pta)