
Jakarta –
Proyek uji coba refuse derived fuel (RDF) Plant Jakarta di Rorotan, Jakarta Utara (Jakut) meninggalkan sejumlah catatan buruk. Warga terdampak bau busuk hingga alami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Kabar miring tersebut ramai beredar beberapa hari terakhir. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta sudah merespons keluhan warga, namun dampak yang timbul dari uji coba di RDF Plant Jakarta masih saja ada.
Perihal awal yang disoroti warga ialah kepulan asap hitam sisa pembakaran hingga bau busuk sampah yang akan diolah di RDF Plant Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno sudah mendengarkan keluhan dari warga. Mereka juga sudah meninjau dan menginstruksikan agar ada solusi atas keluhan warga tersebut.
Terbaru, selain bau busuk sampah dan asap hitam sisa pembakaran, dilaporkan warga juga mengalami dampak kesehatan.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta menangani warga terdampak dan mengambil langkah mitigasi.
Tentang RDF Plant Jakarta
Foto: RDF Plant Jakarta yang berada di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakut ini dibangun di lahan seluas 7,87 hektare dengan biaya Rp 1,28 triliun yang bersumber dari APBD DKI Jakarta tahun 2024. (dok DLH Jakarta)
|
RDF Plant Jakarta yang berada di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakut ini dibangun di lahan seluas 7,87 hektare dengan biaya Rp 1,28 triliun yang bersumber dari APBD DKI Jakarta tahun 2024.
RDF Plant Jakarta mulai dibangun pada Senin (13/5/2024) dan rencananya akan diresmikan operasionalnya pada April 2025. Fasilitas ini akan menghasilkan residu berupa kepingan-kepingan kaleng, kayu, dan lain sebagainya yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti batu bara pada industri semen.
RDF Plant Jakarta dibangun untuk dapat mengolah sampah 2.500 ton perhari atau sekitar 30% sampah Jakarta. Fasilitas pengolahan sampah yang disebut terbesar di Indonesia ini ditarget dapat menghasilkan minimal 875 ton bahan bakar alternatif setiap harinya.
RDF Plant Jakarta ini akan mengolah sampah dari 16 kecamatan di Jakarta, di antaranya 6 kecamatan di Jakarta Utara yaitu Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan.
Selain itu, 3 kecamatan di Jakarta Pusat yaitu Cempaka Putih, Kemayoran Baru, dan Senen. Serta 6 kecamatan di Jakarta Timur.
Bau Busuk hingga Warga Kena ISPA-Infeksi Mata
Foto: Warga memasang spanduk protes dampak RDF Rorotan terhadap permukiman mereka (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi)
|
Kepala DLH Jakarta Asep Kuswanto mengungkap sejumlah warga terdampak kesehatannya selama uji coba RDF Plant Jakarta. Sebanyak 11 anak dilaporkan mengalami ISPA dan 3 anak lainnya mengalami infeksi mata.
Semua kasus ini terjadi di Perumahan Jakarta Garden City (JGC), Cakung, Jakarta Timur, yang terpapar bau sampah dan asap hitam dari uji coba pengelolaan sampah di lokasi RDF Rorotan.
“Anak-anak yang kemarin dilaporkan terdampak ada 11 katanya kena ISPA, dan tiga kena infeksi mata,” kata Asep di Kawasan Semper, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (17/3/2025).
DLH lalu berkoordinasi dengan Dinkes untuk mengunjungi belasan anak yang terpengaruh oleh uji coba RDF Plant Jakarta. DLH juga memasang alat pemantau kualitas udara di Perumahan JGC sehingga warga bisa memantau kondisi udara di sekitar rumah mereka secara real-time.
“Kalau pemantau udara memang kalau kemarin permintaannya mungkin ada beberapa titik yang dari yang di JGC itu sudah ada. Kemudian, juga tadi permintaan kemarin kan paling tidak radius 5 kilometer itu ada,” ucapnya.
Biang Kerok Bau Busuk
Foto: RDF Plant Jakarta yang berada di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakut ini dibangun di lahan seluas 7,87 hektare dengan biaya Rp 1,28 triliun yang bersumber dari APBD DKI Jakarta tahun 2024. (dok DLH Jakarta)
|
Pramono meninjau fasilitas RDF Plant Jakarta. Pramono mengatakan masalah utama bau yang muncul berasal dari penggunaan sampah lama dalam proses uji coba (commissioning).
“Setelah kami melihat persoalan yang ada, maka ketika commisioning dilakukan, sampah yang digunakan itu sampah yang sudah lama,” kata Pramono di RDF Rorotan, Kamis (20/3).
Dia menjelaskan RDF Rorotan dirancang untuk mengolah sampah segar dengan usia maksimal tiga hari. Namun, dalam praktiknya, fasilitas tersebut justru mengolah sampah yang sudah tertimbun selama lebih dari sebulan.
Akibatnya, terjadi pembusukan yang memicu bau tidak sedap, pertumbuhan bakteri, hingga kepulan asap hitam dari cerobong pembuangan.
“Dengan demikian itulah yang menjadi sumber persoalan yang paling mendasar. Padahal, secara teknis, sampah yang digunakan sampah tiga hari,” ungkapnya.
Pramono lalu meminta DLH untuk memasang deodorizer untuk mengurangi bau dan penambahan filter guna menangkal pencemaran udara.
Pramono Tanggung Jawab Warga Terdampak
Foto: Pramono Anung usai mengecek RDF Rorotan (Belia/detikcom)
|
Pramono menyatakan akan bertanggung jawab terhadap kesehatan warga yang terdampak akibat kesalahan dalam commissioning RDF. Dia penanganan kepada Dinkes dan jajaran lainnya.
“Saya sebagai gubernur bertanggung jawab, saya yang memutuskan,” ujar Pramono.
“Siapapun yang terdampak karena commissioning kemarin, maka saya sudah meminta, memerintahkan kepada Kepala Dinas (Kesehatan) nanti segera dikoordinasikan di dalam, untuk diselesaikan. Kami bertanggung jawab,” lanjutnya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta menangani warga terdampak dan mengambil langkah mitigasi.
Halaman 2 dari 5
(jbr/eva)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Source link