
Jakarta, CNN Indonesia —
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok pada Selasa (18/3) siang. Per pukul 12.41 WIB, indeks terperosok 395,81 poin atau minus 6,12 persen ke level 6.076.
Sejak perdagangan dibuka di level 6.458 hari ini, indeks terus merosot. Kondisi ini memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) di bursa saham untuk meredam volatilitas pasar.
Keputusan itu diambil setelah IHSG anjlok lebih dari 5 persen hingga menyentuh level 6.146 per pukul 11.19 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati, per pukul 11.49 WIB, perdagangan kembali dibuka. Namun, IHSG terus tertekan hingga sempat ambruk ke level terendahnya hari ini, 6.011.
Sepanjang sesi I perdagangan berakhir, IHSG bergerak di rentang 6.011-6.483.
Apa penyebab longsornya IHSG hari ini?
Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengungkapkan kejatuhan IHSG yang signifikan ini tergolong anomali jika dibandingkan dengan bursa regional lainnya.
“Jika melihat bursa Asia seperti Nikkei yang naik 1,4 persen, Shanghai yang hanya menguat 0,09 persen, STI 1 persen, dan FKLCI 1 persen, maka koreksi IHSG mengindikasikan kekhawatiran investor terhadap ekonomi Indonesia dan pasar keuangan,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Oktavianus menambahkan beberapa faktor turut memperparah tekanan di pasar saham domestik, seperti meningkatnya credit default swap (CDS) Indonesia ke 76 basis poin per 27 Februari 2025, depresiasi rupiah sebesar 0,6 persen sejak Januari, serta melebar spread Surat Berharga Negara (SBN) dengan US Treasury 10 tahun hingga 255 basis poin.
“Selain itu, pemangkasan rating saham Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs yang mengkhawatirkan pelebaran defisit anggaran turut berkontribusi terhadap pelemahan IHSG,” tambahnya.
Tak hanya itu, investor asing juga terus menarik dana mereka dari pasar modal Indonesia. Data hingga 17 Maret 2025 menunjukkan arus modal keluar (capital outflow) mencapai Rp26,9 triliun.
“Jika IHSG terus melemah hingga minus 5 persen atau lebih, kemungkinan regulator akan melakukan trading halt untuk menstabilkan pasar,” kata Oktavianus.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyoroti faktor eksternal yang turut menekan IHSG.
Menurutnya, kebijakan perdagangan Amerika Serikat pasca-kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden memicu kekhawatiran pasar.
“Trump kembali mengangkat isu perang dagang, terutama dengan negara-negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Ini bisa berdampak negatif terhadap ekonomi global dan pasar keuangan,” ujarnya.
Ibrahim juga menyoroti arus modal asing yang terus keluar dari pasar modal Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.
“Investor mulai menarik dananya karena ketidakpastian ekonomi domestik, terutama terkait defisit anggaran yang baru saja diumumkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani,” jelasnya.
Jika defisit ini tidak ditangani dengan baik, ia memperkirakan pelebarannya akan berlanjut hingga akhir tahun.
Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah juga menjadi perhatian. Ibrahim mengungkapkan dengan eskalasi perang dagang dan ketidakpastian global, nilai tukar rupiah bisa melemah hingga Rp16.900 per dolar AS sebelum akhir tahun.
“Kondisi ini pasti akan mempengaruhi IHSG,” tambahnya.
Tak hanya itu, gejolak konflik di Timur Tengah turut menambah tekanan di pasar keuangan global.
“Serangan Israel ke Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 120 orang telah memicu eskalasi perang terbuka dengan Hamas. Konflik ini menyebabkan dolar AS kembali menguat, sementara pasar menjadi lebih berhati-hati terhadap aset berisiko,” pungkasnya.
(sfr/agt)