Konsumen Kripto RI Tembus 13,31 Juta Orang

Jakarta, CNN Indonesia —
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjawab soal potensi Bitcoin menjadi safe haven, terutama di tengah perang tarif yang dikobarkan Presiden AS Donald Trump.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi menyebut saat ini konsumen mata uang tersebut mencapai 13,31 juta orang. Sedangkan transaksinya per Februari 2025 menyentuh Rp32,78 triliun dengan kapitalisasi pasar Rp29,59 triliun.
Walau transaksinya menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai Rp44,07 triliun, total konsumen kripto meningkat cukup signifikan. Pada Januari 2025 lalu, OJK mencatat baru ada 12,92 juta konsumen kripto di tanah air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bitcoin yang memang kemarin terlihat harganya tidak terlalu jatuh pada saat terdapat situasi geopolitik maupun penerapan kebijakan tarif yang berlaku baru-baru ini,” ucap Hasan dalam Konferensi Pers RDKB Maret 2025 secara virtual, Jumat (11/4).
“Tentu dalam hal ini kami memandang, pertama-tama, penting bagi kita semua untuk memahami bahwa persepsi pasar dan kesimpulan apakah Bitcoin ini sudah layak menjadi instrumen untuk aset lindung nilai, bahkan pilihan dari safe haven? Tentu hal ini masih merupakan wacana dan diskusi yang merupakan perdebatan terbuka,” jelasnya.
Hasan mengatakan perdebatan soal Bitcoin terjadi tidak hanya di kalangan regulator, baik di tingkat regional maupun global. Diskusi soal mata uang kripto itu juga melibatkan ekonom, pelaku pasar, sampai konsumen aset tersebut.
OJK tak mengambil kesimpulan terkait apakah Bitcoin sudah layak dinobatkan sebagai pilihan safe haven di tengah gejolak global. Namun, Hasan mencoba membeberkan bagaimana gerak mata uang kripto itu dibanding dengan aset sejenis.
“Memang di satu sisi kita melihat bahwa dalam berbagai situasi ketidakpastian global, adanya perkembangan geopolitik, maupun kebijakan baru, untuk aset kripto Bitcoin ini relatif dibanding aset kripto lainnya memang menunjukkan tren yang lebih stabil. Bahkan, beberapa saat menunjukkan angka kenaikan,” tuturnya.
“Namun, pada saat lainnya tetap juga mengikuti gejolak yang ada, yaitu terjadi penurunan secara tajam. Jadi, tentu ini kami memandangnya masih harus dilihat ke depannya secara lebih hati-hati dan holistik,” ucap Hasan Fawzi.
Terlepas dari itu, OJK menyinggung ada angin segar untuk mata uang kripto. Hasan mengatakan Indonesia memiliki posisi strategis untuk mengadopsi kripto dunia.
Ia mengutip Global Crypto Adoption Index 2024, di mana Indonesia berada di peringkat ketiga dunia. Ini menggambarkan tingginya partisipasi masyarakat tanah air dalam mengadopsi kegiatan yang terkait kripto.
Di lain sisi, Hasan menjelaskan dinamika pasar kripto yang dipengaruhi berbagai sentimen global. Ia membedah sentimen positif yang muncul maupun potensi penyalahgunaan aset keuangan digital tersebut.
“Belakangan kita mencatat berbagai kebijakan terbaru dari banyak negara dan pimpinan negara, di mana menunjukkan dukungan yang lebih terbuka terhadap penggunaan aset kripto pada sistem dan kegiatan keuangan di negaranya masing-masing. Ini tentu kembali telah memicu gelombang optimisme dari para investor konsumen global untuk terus mengadopsi dan berkegiatan yang terkait aset kripto ini,” tuturnya.
“Namun, di sisi lain kami menyadari tentu ada potensi risiko, seperti volatilitas, adanya potensi penggunaan aset kripto untuk tindak penipuan, atau untuk berbagai tujuan ilegal lainnya. Oleh karena itu, kami akan terus mengembangkan kerangka pengawasan berbasis risiko untuk menyeimbangkan potensi pemanfaatan yang baik dari aset keuangan digital termasuk kripto dan potensi-potensi risiko yang melekat di dalamnya,” tandas Hasan.
Harga Bitcoin saat ini sekitar Rp1,3 miliar per keping. Aset kripto itu mencatat kenaikan 1,25 persen dalam 24 jam terakhir.
(skt/agt)