
Jakarta, CNN Indonesia —
Lembaga pemeringkat global Moody’s Investor Service menetapkan sovereign credit rating (SCR) atau peringkat kredit Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil.
SCR adalah penilaian terhadap kemampuan suatu negara dalam memenuhi kewajiban utangnya. Adapun peringkat Baa2 merupakan peringkat tengah dalam kategori Baa yang juga mencakup Baa1 dan Baa3.
Negara yang memiliki peringkat Baa dianggap memiliki risiko kredit moderat, artinya negara tersebut cukup stabil tetapi ada faktor risiko yang perlu diperhatikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir situs Bank Indonesia (BI), Jumat (21/3), Moody’s menilai ekonomi Indonesia tetap resilien didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan solid serta kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal yang terjaga.
Moody’s menilai permintaan domestik yang kuat, khususnya dari konsumsi rumah tangga dan investasi, menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2026.
Kemudian, keberlanjutan kebijakan untuk mendorong daya saing sektor manufaktur dan komoditas juga dinilai berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan berkelanjutan
Menurut Moody’s, penguatan pada aspek pendapatan pemerintah dan fleksibilitas fiskal, peningkatan pertumbuhan dan daya saing ekonomi, serta pendalaman pasar keuangan turut menjadi faktor-faktor yang akan memberikan peluang peningkatan SCR Indonesia ke depan.
Merespons penilaian tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan otoritas berkomitmen dalam menjaga kredibilitas serta memperkuat sinergi kebijakan guna memastikan stabilitas makroekonomi tetap terjaga.
“Kepercayaan Moody’s terhadap resiliensi ekonomi Indonesia menjadi salah satu indikator positif yang mencerminkan keyakinan dunia internasional terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang solid, di tengah tingginya ketidakpastian keuangan global,” kata Perry.
Perry mengatakan sinergi akan diperkuat yang mencakup beberapa area yaitu terkait kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak dari dinamika global, mendorong pembiayaan ekonomi melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), dukungan dalam mengakselerasi transformasi digital Pemerintah, dan memperkuat hilirisasi dan ketahanan pangan.
Selain itu, BI juga terus mempererat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
“Lebih lanjut guna mendorong keyakinan global terhadap perekonomian Indonesia tetap positif, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah,” katanya.
(fby/pta)