
Jakarta, CNN Indonesia —
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kejatuhan tajam pada perdagangan Selasa (18/3). Pada pukul 11.11 WIB, IHSG terkoreksi lebih dari 4 persen dan terus tertekan hingga turun 6 persen ke level 6.076, memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt).
IHSG sebelumnya telah mengalami beberapa kali penurunan tajam dalam sejarah perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dua periode yang mencatatkan kejatuhan terbesar terjadi pada 14 Mei 2019 dan sepanjang Maret 2020.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pada 14 Mei 2019, IHSG anjlok hingga 10 persen ke level 6.056.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kejatuhan ini dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Saat itu, kebijakan bea impor yang diterapkan AS terhadap produk-produk China memicu gejolak di pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
“Pada saat itu, IHSG turun hingga 10 persen dan Bursa Efek Indonesia sendiri menganggap penurunan di atas 2 persen sudah berbahaya. Jika mencapai 5 persen, harus ada analisa mendalam, dan jika lebih dari 7,5 persen, itu sudah dianggap krisis. Jika melebihi angka tersebut, BEI bisa menghentikan transaksi sementara,” ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/3).
Selain 2019, momen kejatuhan IHSG yang lebih berulang terjadi pada 2020, tepatnya saat pandemi covid-19 pertama kali diumumkan di Indonesia.
Pengamat pasar modal Hendra Wardana mencatat pada 9 Maret 2020, IHSG terjun bebas 6,58 persen ke level 5.136,81, yang menjadi awal dari serangkaian trading halt di bursa Indonesia.
“Sejak Maret 2020, perdagangan saham di bursa Indonesia tercatat mengalami tujuh kali penghentian sementara (trading halt). Penurunan pertama lebih dari 5 persen terjadi pada 9 Maret 2020, hanya sepekan setelah pengumuman kasus pertama covid-19 di Indonesia,” kata Hendra.
Dalam beberapa pekan setelahnya, IHSG terus mengalami penurunan hingga menyentuh level terendah di bawah 4.000 pada akhir Maret 2020, akibat kepanikan global terhadap pandemi.
Jika dilihat secara pergerakan mingguan, pekan kedua dan ketiga Maret 2020 menjadi salah satu penurunan terbesar sepanjang sejarah. Dua pekan tersebut bergabung dengan masa krisis 1997-1998 dan 2008, serta beberapa pekan lain yang mencerminkan gejolak ekonomi global.
Sejak jatuh akibat krisis covid-19, IHSG sempat mencapai titik terendahnya pada 24 Maret 2020. Saat itu, IHSG ditutup di level 3.937 atau turun 37 persen dari perdagangan awal tahun. Untuk pertama kalinya, IHSG melewati level psikologis 4.000, angka yang terakhir kali terlihat pada Agustus 2013.
Demi meredam kejatuhan IHSG, BEI sempat menaikkan batas bawah penurunan menjadi minus 10 persen (sebelumnya 25 persen-35 persen). Lalu, dinaikkan lagi menjadi minus 7 persen.
Kebijakan ini pun tak mampu mengerem penurunan sehingga bursa memberlakukan penghentian perdagangan saham atau trading halt selama 30 menit bila IHSG anjlok lebih dari 5 persen dalam satu hari.
Namun, kebijakan tersebut hanya mampu menahan tekanan harian. Secara kumulatif, sejak 5 Maret 2020, tiga hari setelah kasus pertama covid-19 diumumkan di Indonesia, hingga pandemi ditetapkan sebagai krisis global, IHSG telah turun 30 persen hanya dalam waktu 14 hari perdagangan sebelum menyentuh titik terendahnya.
(del/agt)