Jakarta, CNN Indonesia —

Investasi menjadi salah satu cara untuk menambah pundi-pundi keuangan. Berbagai instrumen investasi pun kini bisa dengan mudah ditemukan.

Setiap instrumen investasi tentunya disertai dengan risiko yang perlu dipahami oleh para investor, termasuk saham.

Fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik, dan faktor lainnya. Jika terjadi krisis ekonomi atau ketegangan politik, bukan tidak mungkin harga saham bisa turun tajam.

Salah satunya yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat ambruk hampir 7 persen pada sesi satu perdagangan Selasa (18/3).

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman memperkirakan keruntuhan IHSG Selasa kemarin imbas sentimen global.

Salah satunya, kebijakan ekonomi dan perang tarif yang dijalankan Presiden AS Donald Trump.

Meski sudah kembali rebound, IHSG yang sempat anjlok tentu menjadi perhatian para investor.

Lantas apa pilihan investasi yang bisa dipilih di tengah anjloknya IHSG?

1. Emas

Perencana Keuangan OneShildt Budi Rahardjo mengatakan emas memiliki kecenderungan volatilitas jangka pendek yang berkebalikan dengan saham.

Secara umum saat saham turun akibat kekhawatiran pasar atas suatu kondisi pelambatan ekonomi maka emas akan mengalami kenaikan.

Begitu pula sebaliknya, saat situasi berangsur pulih maka emas akan mengalami sedikit koreksi.

“Namun dalam jangka panjang umumnya emas mengalami kenaikan,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/3).

Budi juga menjelaskan emas juga memiliki kelebihan dari sisi kemudahannya untuk dicairkan alias likuid.

Namun, emas memiliki kelemahan dari sisi penyimpanan. Investor membutuhkan tempat yang aman untuk menyimpan emas dalam jumlah besar yang tentunya menimbulkan biaya.

“Dan harus waspada terhadap pemalsuan emas,” ujarnya.

2. Saham Blue Chip yang Turun

Perencana Keuangan dan Founder Rekadana Rina Dewi Lina mengatakan saat IHSG anjlok, bagi sebagian orang yang memang paham untuk pembelian saham, akan memanfaatkan situasi harga saham yang sedang turun dan membelinya.

Salah satu saham yang bisa dipilih adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang reputasi baik di pasar saham alias saham blue chip yang harganya sedang turun.

Kelebihannya adalah harga lebih murah saat koreksi dan potensi rebound lebih tinggi saat pasar pulih.

“Kekurangannya tidak ada seorangpun tahu apakah harga masih akan turun meskipun sudah ada prediksi akan turun atau naik sehingga ada risiko turun lebih dalam jika sentimen negatif berlanjut,” ujarnya.

3. Obligasi

Rina juga menyarankan Anda untuk memilih obligasi. Alternatif tempat parkir uang di obligasi yang disarankan adalah obligasi pemerintah.

Kelebihannya adalah obligasi memberikan pendapatan tetap secara periodik, misalnya setiap kuartal, semester, atau tahunan, dalam bentuk pembayaran kupon. Ini memberikan aliran kas yang stabil bagi investor.

Namun, kekurangannya adalah jika obligasi dengan jangka waktu tertentu dicairkan sebelum jatuh tempo, harga obligasi bisa lebih rendah dari nilai nominalnya.

Senada, Budi juga menyarankan obligasi saat pasar saham bergejolak. Kendati, harga obligasi juga dapat bergerak volatil.

“Sehingga meskipun investor mendapat kupon tetap secara rutin, tetap ada kemungkinan harga obligasi tidak sesuai ekspektasi investor. Namun biasanya fluktuasinya ini tidak sedrastis saham,” terangnya.

4. Deposito

⁠Budi juga menyarankan untuk membeli deposito yang menawarkan kestabilan. Apapun kondisi market, sambungnya, instrumen deposito memberikan bunga tetap dan keamanan modal.

Budi mengatakan deposito dapat digunakan sebagai tempat aman sementara bagi investor sampai situasi kembali stabil dan kondusif untuk masuk kembali ke instrumen berisiko seperti saham.

Namun, kelemahannya adalah bunga deposito tidak terlalu besar dan dana harus disimpan di bank untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

“Apabila membutuhkan dana maka pencairan lebih cepat akan dikenakan denda atau penalti,” jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

(sfr)