Ekonomi

Pemerintah Akan Naikkan Tarif Royalti 6 Komoditas Tambang


Daftar Isi



Jakarta, CNN Indonesia

Pemerintah akan menaikkan tarif royalti atau PNBP di sektor usaha pertambangan mineral dan batu bara.

Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq menyebut untuk melaksanakan kenaikan itu, kini pemerintah tengah merevisi peraturan pemerintah terkait tarif royalti atau Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di bidang usaha pertambangan mineral dan batu bara.

“Pertimbangannya agar negara mendapatkan hak yang lebih fair dalam pengelolaan sumber daya alam,” ujar Julian, Senin (10/3) seperti dikutip dari CNBCIndonesia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, komoditas apa saja yang akan mengalami peningkatan tarif royalti?



Menurut Julian, setidaknya terdapat enam komoditas tambang yang masuk dalam daftar revisi kenaikan tarif royalti, antara lain:

1. batu bara

2. timah

3. emas

4. perak

5. tembaga

6. nikel.

Namun demikian, Julian masih enggan memerinci besaran tarif royalti yang akan mengalami kenaikan. Pasalnya, pembahasan mengenai perubahan tarif royalti ini masih dalam tahap finalisasi bersama Sekretariat Negara.

“Saat ini masih pembahasan final dengan Setneg,” tambahnya.

Aturan yang berlaku saat ini

Perlu diketahui, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berikut daftar royalti sejumlah komoditas tambang:

1. Batu Bara

a. Open pit:

1. Kalori

a. Harga Batu Bara Acuan (HBA)

b. Harga Batu Bara Acuan (HBA) US$ 70

c. Harga Batu Bara Acuan (HBA) > US$ 90 per ton: 8 persen dari harga

2. Kalori > 4.200 -5.200 Kkal/Kg:

a. Harga Batu Bara Acuan (HBA)

b. Harga Batu Bara Acuan (HBA) US$ 70

c. Harga Batu Bara Acuan (HBA) > US$ 90 per ton: 10,5 persen dari harga

3. Kalori > 5.200 Kkal/Kg:

a. Harga Batu Bara Acuan (HBA)

b. Harga Batu Bara Acuan (HBA) US$ 70

c. Harga Batu Bara Acuan (HBA) > US$ 90 per ton: 13,5% dari harga

b. Underground:

1. Kalori

a. Harga Batu Bara Acuan (HBA)

b. Harga Batu Bara Acuan (HBA) US$ 70

c. Harga Batu Bara Acuan (HBA) > US$ 90 per ton: 7 persen dari harga

2. Kalori > 4.200 -5.200 Kkal/Kg:

a. Harga Batu Bara Acuan (HBA)

b. Harga Batu Bara Acuan (HBA) US$ 70

c. Harga Batu Bara Acuan (HBA) > US$ 90 per ton: 9,5 persen dari harga

3. Kalori > 5.200 Kkal/Kg:

a. Harga Batu Bara Acuan (HBA)

b. Harga Batu Bara Acuan (HBA) US$ 70

c. Harga Batu Bara Acuan (HBA) > US$ 90 per ton: 12,5 persen dari harga.

2. Nikel:

A. Bijih nikel:

Bijih nikel 10 persen dari harga per ton
Bijih nikel kadar nikel

B. Produk pemurnian:

Nickel Pig Iron (NPI): 5 persen dari harga per ton
Nickel Matte/Ferro Nickel (FeNi)/ Nickel Oksida/Nickel Hidroksida/ Nickel MHP/Nickel HNC/Nickel Sulfida/Kobalt Oksida/Kobalt Hidroksida/Kobalt SulfidalKrom Oksida/ Logam Krom/Mangan Oksida/ Magnesium Oksida/ Magnesium Sulfat: 2 persen dari harga per ton
Logam nikel: 1,5 persen dari harga per ton
C. Wind,fall Profit untuk Harga Nickel Matte > US$ 21 ribu /ton: 1 persen dari harga per ton.

3. Tembaga:

A. Bijih tembaga:

Tembaga: 5 persen dari harga per ton
Emas (sebagai ikutan):
a.Harga emas

b.Harga emas US$ 1.300

c.Harga emas US$ 1.400

d.Harga emas US$ 1.500

e.Harga emas US$ 1.600

f.Harga emas US$ 1.700

g.Harga emas US$ 1.800

h.Harga emas US$ 1.900

i.Harga emas Harga > US$ 2.000 : 10 persen dari harga per ounces.

Perak (sebagai ikutan): 5 persen dari harga per ounces.

B. Konsentrat tembaga:

Tembaga: 4 persen dari harga per ton
Emas (sebagai ikutan):
a.Harga emas b.Harga emas US$ 1.300 c.Harga emas US$ 1.400 d.Harga emas US$ 1.500 e.Harga emas US$ 1.600 f.Harga emas US$ 1.700 g.Harga emas US$ 1.800 h.Harga emas US$ 1.900 i.Harga emas Harga > US$ 2.000 : 10 persen dari harga per ounces.
Perak (sebagai ikutan): 4 persen dari harga per ounces.

[Gambas:Video CNN]

(agt/agt)





Source link

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button