Jakarta, CNN Indonesia —
Indonesia masih belum lepas dari cengkeraman tarif 32 persen yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, karena hanya menunda penerapannya selama 90 hari.
Namun, penundaan implementasi tarif timbal balik (resiprokal) memberi ruang negosiasi bagi Indonesia dan negara lain yang bernasib sama. Sampai sekarang belum ada putusan resmi, apakah tarif impor untuk barang-barang Indonesia bakal naik atau justru berhasil turun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto beserta tim delegasi Indonesia sudah melakukan lobi-lobi dengan pejabat AS dalam kunjungan sejak 16 April 2025. Airlangga menyebut Indonesia punya waktu 60 hari untuk menyelesaikan negosiasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses negosiasi bisa berjalan karena Trump menunda implementasi tarif timbal balik selama 90 hari atau tiga bulan penuh sejak 9 April 2025. Selama proses penundaan, AS memberlakukan tarif universal sebesar 10 persen untuk semua negara, kecuali China, Meksiko, dan Kanada.
Berikut perjalanan ribut-ribut tarif Trump dan progres negosiasi Indonesia dengan AS:
1. Indonesia dihantam tarif 32 persen
Presiden AS Donald Trump pertama kali mengumumkan tarif resiprokal untuk 60 negara pada 2 April 2025. Indonesia menjadi salah satu sasarannya, di mana Trump membebankan tarif sebesar 32 persen.
Trump menuding Indonesia juga berlaku sama kepada AS, di mana porsi hambatan tarif maupun non-tarif yang dituduhkan mencapai 64 persen. Di lain sisi, AS mengincar keseimbangan neraca dagangnya yang defisit dengan Indonesia.
“Dalam banyak kasus, kawan lebih buruk daripada lawan dalam hal perdagangan,” ucap Trump saat awal pengumuman tersebut, dikutip dari Channel News Asia.
“Selama beberapa dekade, negara kita telah dijarah, dirampok, diperkosa, dan dijarah oleh negara-negara dekat dan jauh, baik kawan maupun lawan,” tegasnya.
2. Ditunda 90 hari
Kebijakan tarif resiprokal sejatinya sudah resmi berlaku mulai Rabu (9/4), tepat sepekan setelah pengumuman. Akan tetapi, orang nomor satu di AS itu mendadak menunda penerapan tarif tersebut.
Walau demikian, penundaan tarif tak berlaku untuk China selaku negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Perlawanan dari Presiden Xi Jinping membuat Trump makin menjadi-jadi, sampai AS menetapkan tarif 245 persen untuk Negeri Tirai Bambu dari yang semula hanya 34 persen.
“Berdasarkan fakta bahwa lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan AS, termasuk Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, serta United States Trade Representative (USTR) untuk merundingkan solusi bagi subjek yang sedang dibahas terkait perdagangan, hambatan perdagangan, tarif, manipulasi mata uang, dan tarif non-moneter,” jelas Trump dalam unggahan di Truth Social.
“Dan bahwa atas saran saya, negara-negara ini tidak membalas dengan cara, bentuk, atau wujud apapun terhadap AS,” sambungnya saat mengumumkan penundaan tarif resiprokal.
3. Tim delegasi Indonesia terbang ke AS serahkan proposal resmi negosiasi tarif
Tim delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Airlangga terbang ke AS untuk melakukan negosiasi. Pada Kamis (17/4), Airlangga Cs sudah melakukan pertemuan awal dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Pejabat USTR Duta Besar Jamieson Greer.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang diterima lebih awal oleh Pemerintah AS untuk membahas kerja sama ekonomi bilateral RI-AS dalam mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang,” jelas Airlangga dalam rilis resmi.
“Sebagai sesama negara demokratis terbesar, Indonesia dan AS terbuka untuk kerja sama yang saling menguntungkan, khususnya kerja sama untuk mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang,” tambahnya.
Pada pertemuan dengan Mendag AS Howard Lutnick yang berlangsung 1,5 jam, Indonesia menyerahkan proposal resmi negosiasi atas tarif 32 persen. Airlangga mengklaim AS menilai apa yang ditawarkan dan diminta Indonesia sangat konkret serta menguntungkan kedua negara.
Isinya diklaim berbeda dengan sejumlah negara yang sama-sama baru mengajukan proposal, tapi masih belum diterima pihak Trump. Salah satu poin yang ditawarkan adalah menyeimbangkan neraca dagang AS yang defisit dari Indonesia.
“Kami mengapresiasi langkah konkret Indonesia untuk melakukan negosiasi tarif. Ke depan, AS dan Indonesia akan terus melanjutkan hubungan perdagangan yang saling menguntungkan,” jelas Lutnick.
4. RI tawarkan ‘menu’ tekan tarif AS, termasuk tambah impor pangan dan migas
Di sela-sela upaya negosiasi tersebut, Airlangga Cs membeberkan update dari Washington DC. Ia menyebut Indonesia menawarkan berbagai ‘menu’, termasuk menambah impor pangan dan migas demi menekan besaran tarif resiprokal.
Ia merinci tambahan impor pangan itu akan dilakukan untuk komoditas gandum, kacang kedelai, dan susu kacang kedelai.
“Kita hanya melakukan pengalihan daripada impor bahan baku untuk pangan tersebut,” katanya dalam Konferensi Pers Online dari AS, Jumat (18/4) waktu Indonesia.
Sang menko mengatakan selama ini Indonesia memang mengimpor tiga komoditas pangan tersebut, tapi tak cuma dari Amerika. Ada juga dari Australia, Ukraina, dan beberapa negara lain.
Di lain sisi, Indonesia menawarkan peningkatan pembelian komoditas energi dari AS. Tambahan impor tersebut mencakup LPG, minyak mentah, dan BBM.
“Dan juga Indonesia akan meningkatkan pembelian (impor) barang-barang modal dari Amerika. Kemudian, Indonesia juga memfasilitasi perusahaan-perusahaan AS yang selama ini beroperasi di Indonesia dan tentunya ada hal-hal terkait perizinan dan insentif yang dapat diberikan,” bebernya.
“Indonesia juga menawarkan kerja sama terkait mineral strategis atau critical minerals dan juga mempermudah prosedur impor untuk produk-produk, termasuk hortikultura dari Amerika,” sambung Airlangga.
5. Komoditas tekstil Cs RI sudah terimbas tarif 47 persen dan bedanya dengan tarif resiprokal 32 persen
Indonesia tak cuma memberi sederet ‘menu’ untuk AS. Ada juga permintaan agar AS menurunkan tarif sejumlah komoditas ekspor utama Tanah Air, yakni tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan udang.
Airlangga berharap Indonesia mendapatkan penurunan tarif untuk komoditas penting tersebut. Terlebih, di masa penundaan tarif resiprokal ini diberlakukan tarif universal sebesar 10 persen.
Pada akhirnya, tekstil dan barang-barang tersebut mendapatkan beban tarif lebih tinggi. Menko Airlangga menyebut dampaknya membuat tarif tekstil Cs milik Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN, bahkan Asia.
[Gambas:Photo CNN]
“Dengan berlakunya tarif (universal dalam masa penundaan tarif resiprokal) selama 90 hari untuk 10 persen, maka tarif rata-rata yang untuk khusus di tekstil garmen ini kan antara 10 persen-37 persen, maka dengan diberlakukannya 10 persen tambahan tarifnya itu menjadi 10 ditambah 10 ataupun 37 ditambah 10 (persen),” jelasnya dalam Konferensi Pers.
Ini membuat rentang tarif yang berlaku selama masa penundaan 90 hari untuk produk tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan udang dari Indonesia sekarang naik menjadi 20 persen-47 persen. Airlangga menegaskan ini menjadi perhatian khusus dari pemerintah.
Menurutnya, biaya ekspor untuk komoditas tekstil sampai udang akan bengkak. Tambahan biaya atau tarif universal 10 persen tersebut bahkan menjadi perdebatan antara importir dan eksportir.
“Tambahan biaya itu diminta oleh pembeli (importir) agar di-sharing dengan Indonesia (eksportir), bukan pembelinya saja yang membayar,” ungkap Airlangga.
Di lain sisi, belum ada keputusan resmi terkait nasib tarif resiprokal 32 persen yang dibebankan untuk Indonesia. Prosesnya masih dalam perundingan teknis yang akan ditempuh kedua negara dalam 60 hari mendatang.
Tarif resiprokal 32 persen dengan tarif 47 persen merupakan dua hal berbeda. Komoditas tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan udang sudah merasakan beban yang lebih besar sampai 47 persen karena adanya tambahan tarif universal 10 persen selama penundaan tarif resiprokal dalam 90 hari.
6. Nasib tarif 32 persen untuk Indonesia ditentukan dalam 60 hari
Menko Airlangga Hartarto menegaskan Indonesia dan Amerika sepakat untuk menyelesaikan masalah tarif resiprokal 32 persen dalam 60 hari. Nantinya, delegasi Indonesia akan bertemu tim teknis dari Kemendag AS sampai USTR.
Ia menyebut kerangka atau framework acuan dalam negosiasi kedua negara sudah disepakati. Bahkan, format sampai cakupan rencana kerja samanya pun telah diputuskan.
“Scoping-nya termasuk kemitraan perdagangan investasi, mineral penting, dan juga terkait reliabilitas dari koridor rantai pasok yang mempunyai resiliensi tinggi. Hasil-hasil pertemuan tersebut akan ditindaklanjuti dengan berbagai pertemuan, bisa satu, dua, atau tiga putaran,” tutur Airlangga.
“Kami berharap dalam 60 hari kerangka tersebut bisa ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang akan disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat,” harapnya.
Kedua belah pihak disebut sepakat mendorong dialog dalam waktu secepat-cepatnya demi mencapai kesepakatan. Jika hasilnya bisa diputuskan dalam 60 hari, Indonesia masih punya waktu 30 hari dari masa penundaan atau pause untuk implementasi kesepakatan tersebut.
[Gambas:Video CNN]