Tarif Impor Baru Trump Bikin Harga Sembako di AS Ikut Naik

Jakarta, CNN Indonesia —
Kebijakan tarif impor baru yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan membuat harga kebutuhan pokok masyarakat AS semakin mahal.
Hal ini disampaikan oleh sejumlah eksekutif supermarket dan pakar industri makanan di AS.
Pekan lalu, Trump mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 10 persen untuk seluruh negara. Selain itu, pada hari berikutnya, pemerintah AS juga menetapkan tarif balasan yang lebih tinggi untuk 60 negara dan blok dagang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor barang dari luar negeri harus menanggung beban biaya tambahan tersebut, yang sebagian besar dipastikan akan diteruskan ke konsumen.
Sejumlah komoditas pangan impor seperti makanan laut, kopi, buah-buahan, keju, kacang-kacangan, hingga cokelat diperkirakan akan mengalami kenaikan harga.
Produk-produk yang menggunakan bahan baku atau kemasan dari luar negeri, seperti plastik dan aluminium, juga tidak luput dari dampak tarif ini.
“Pembeli akan mulai melihat kenaikan harga dalam beberapa minggu ke depan,” kata John Ross, CEO IGA, jaringan supermarket independen di AS, melansir CNN.
“Dan dalam 90 hari ke depan, dampaknya akan terlihat lebih luas di seluruh toko,” lanjutnya.
Laporan Budget Lab Yale University memperkirakan tarif impor ini akan menyebabkan kenaikan harga pangan sebesar 2,8 persen secara keseluruhan, dengan lonjakan tertinggi mencapai 4 persen untuk produk hasil pertanian segar.
Kondisi ini dinilai paling memberatkan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang sebagian besar penghasilannya digunakan untuk kebutuhan pokok.
Toko kecil paling cepat naikkan harga
Dampak kenaikan harga diperkirakan akan lebih cepat dirasakan di toko-toko kecil dibandingkan jaringan supermarket besar seperti Walmart atau Costco. Hal ini sebab pelaku usaha besar dinilai memiliki fleksibilitas lebih untuk menahan beban biaya dibandingkan distributor atau produsen kecil.
“Kelihatannya distributor kecil jauh lebih cepat bereaksi,” ujar Steve Schwartz, Direktur Penjualan dan Pemasaran di jaringan supermarket Morton Williams.
Menurutnya, distributor kecil memiliki persediaan terbatas sehingga lebih cepat menaikkan harga, sementara perusahaan besar masih bisa menahan harga karena punya stok di gudang.
Sebagai contoh, salah satu importir produk Italia yang menyuplai minyak zaitun dan cuka balsamik ke Morton Williams telah memberi tahu bahwa mereka akan menaikkan harga hingga 20 persen bulan depan.
CEO Affiliated Foods Randy Arceneaux, yang memasok sekitar 700 toko grosir independen di delapan negara bagian, menyebutkan beberapa pemasoknya sudah mulai menaikkan harga, termasuk untuk produk pisang, tuna kaleng, dan peralatan makan plastik.
Affiliated Foods, yang mengimpor pisang dari Guatemala, misalnya, telah mendapat pemberitahuan kenaikan harga sebesar 10 persen, atau sekitar 4 sen dolar AS per kotak pisang, dari US$1,80 menjadi US$1,84. Kenaikan ini dipastikan akan diteruskan ke konsumen.
Ketergantungan pada pasokan global
Sejumlah besar kebutuhan pangan di AS memang bergantung pada impor, terutama untuk produk-produk yang sulit dibudidayakan di dalam negeri karena faktor iklim dan kondisi tanaman.
Departemen Pertanian AS mencatat sekitar 17 persen dari total makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat AS berasal dari impor. Namun, untuk beberapa kategori, angka ini jauh lebih tinggi.
Misalnya, 80 persen untuk makanan laut dan kopi, 59 persen untuk buah segar, dan 35 persen untuk sayuran.
Meski demikian, ada satu faktor yang sedikit meredam potensi kenaikan harga, yakni pengecualian Meksiko dan Kanada dari daftar tarif baru Trump. Kedua negara ini merupakan pemasok pertanian terbesar untuk AS dan sebagian besar produk pangan dari mereka masih bebas tarif berkat perjanjian perdagangan bebas USMCA.
Konsumen mulai menahan diri
Kenaikan harga pangan sebenarnya sudah membuat konsumen AS frustrasi bahkan sebelum kebijakan tarif ini diterapkan. Trump sendiri pernah mengklaim kemenangannya dalam Pilpres AS 2024 sebagian besar disebabkan oleh isu harga kebutuhan pokok.
Sejak 2021, harga kebutuhan pokok di AS sudah melonjak sekitar 23 persen, dengan kenaikan yang lebih tinggi terjadi pada produk tertentu seperti kopi dan cokelat.
Kondisi ini membuat banyak konsumen mulai mengurangi belanja. Beberapa produsen besar seperti PepsiCo, Campbell, dan JM Smucker telah melaporkan penurunan penjualan produk makanan ringan mereka.
PepsiCo bahkan menyebutkan penurunan pembelian snack sebesar 3 persen pada kuartal terakhir.
Selain itu, produk kebutuhan rumah tangga seperti deterjen, tisu, dan kosmetik juga mulai mengalami perlambatan penjualan.
Menurut Sally Lyons Wyatt dari firma riset Circana, banyak konsumen kini lebih selektif dalam membelanjakan uangnya. Mereka cenderung memilih produk private label atau merek toko yang lebih murah, serta melakukan belanja dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
Chief Financial Officer Costco Gary Millerchip juga mencatat tren serupa. Konsumen AS masih mau belanja, tetapi jauh lebih berhati-hati dalam menentukan produk apa yang akan dibeli.
(del/rds)