
Jakarta, CNN Indonesia —
Bursa saham sejumlah negara tetangga Indonesia terpantau hijau saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) babak belur pada hari ini, Selasa (18/3).
Indeks saham utama Singapura, Strait Times Index (STI), menguat 35,61 atau 0,92 persen ke 3.894,97.
Di Thailand, indeks The Stock Exchange of Thailand(SET) menguat 5,97 poin atau 0,51 persen ke 1.176,17. Hari ini, indeks bursa Thailand bergerak di rentang 1.165,99-1.181,31 setelah dibuka di level 1.177.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, indeks saham Vietnam, Hanoi Stock Exchange Equity Index (HNX) juga terpantau hijau dengan menguat 0,11 persen ke 247,03.
Sementara, Indeks utama Bursa Saham Malaysia, FBMKLCI, tidak ada aktivitas perdagangan lantaran libur nasional. Kemarin, index FBMKLCI ditutup menguat 15,66 poin atau 1,04 persen ke 1.527,81.
Sore ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.223. Indeks saham melemah 248,55 poin atau minus 3,84 persen dari perdagangan sebelumnya.
Padahal, bursa saham di kawasan Asia terpantau kompak bergerak di zona hijau.
Tercatat indeks Hang Seng Composite di Hong Kong menguat 2,46 persen, indeks Shanghai Composite di China naik 0,11 persen, dan indeks Nikkei 225 di Jepang plus 1,20 persen.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan IHSG anjlok lantaran sentimen global, termasuk kebijakan Presiden AS Donald Trump.
“Kalau kita lihat penurunan indeks ini sudah terjadi sejak minggu lalu. Beberapa isu global memang terjadi jadi mereka (investor) wait and see. Jadi kalau lihat penurunannya hari ini sebagai besar asing melihat update oleh Donald Trump, itu menjadi salah satu dampak penurunan Indeks kita hari ini,” ujarnya di kantor BEI.
Senada, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga menyoroti faktor eksternal yang turut menekan IHSG.
Menurutnya, kebijakan perdagangan Amerika Serikat pasca-kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden memicu kekhawatiran pasar.
“Trump kembali mengangkat isu perang dagang, terutama dengan negara-negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Ini bisa berdampak negatif terhadap ekonomi global dan pasar keuangan,” ujarnya.
(sfr/pta)